Reporter : ods/bam
BERITABEKASI.CO,Kota
Bekasi - Bagi warga di kawasan Jatiasih mungkin sudah tidak asing lagi dengan
sosok sepasang suami istri yang berjualan kerupuk yang biasa berkeliling di
Perumahan Pemda. Agus (50), dan Sarinah (35), bukan penjual kerupuk keliling
biasa, dia adalah sepasang Tuna Netra. Di Kota Bekasi, dia tinggal bersama ke
tiga anaknya di Jalan Sadewa no 28 blok B Komplek Pemda. Kelurahan Jatirasa,
Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat meski memiliki keterbatasan
fisik, namun dia enggan hidup dari belas kasihan orang lain. Mereka, berusaha
menghidupi ketiga buah hatinya dengan berjualan kerupuk keliling, mengitari
komplek-komplek yang berada di sekitar tempat tinggalnya, Minggu
(29/9/2013).
|
Agus
dan Sarinah mengaku, berjualan demi menghidupi ketiga putra-putrinya, setiap
pagi mereka bekeliling komplek dengan berjalan kaki hingga jarak 5 Km yang
mesti ditempuh. Mereka, dapat menjual kerupuk dalam sehari 40 hingga 50 bungkus
kerupuk. Namun, sejak kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) beberapa waktu lalu,
yang berimbas pada kenaikan sejumlah harga kebutuhan pokok, membuat mendapatan
mereka menurun drastis. Kini dalam sehari, mereka hanya mampuh menjual sekitar
20 bungkus dengan keuntungan bersih Rp20.000 hingga Rp30.000 perhari.
“Sudah
dua tahun saya bersama istri berjualan kerupuk keliling disekitar komplek di
Jatiasih,’’ katanya kepada beritabekasi.co, sembari melepas lelah seusai
berkeliling menjajakan dagangannya disekitar komplek pemda.
Kondisi
ini tak membuat Agus dan Sarinah menyesali nasib, namun mereka tetap bersyukur
atas rezeki yang telah diberikan Tuhan, karena dari hasil berjualan kerupuk ini
ia mampuh menyekolahkan ketiga anak-anaknya, meski hanya sampai Sekolah
Menengah Pertama (SMP).
“Saya
hanya berharap ke tiga anak-anak saya kelak dapat hidup yang lebih baik dari
pada orang tuannya yang hanya sebagai penjual kerupuk keliling,’’ ujarnya.
Sehari-hari,
Pria asal Jawa tengah, ini ditemani sang istri berkeliling di sekitar komplek
dekat-dekat rumahnya untuk menjajakan kerupuknya kepada warga. Ia mulai
berkeliling dari pukul lapan hingga empat sore. Agus, terpaksa memilih
berdagang kerupuk sesuai berhenti menjadi tukang pijat, kata dia, kerena kalah
saing dengan panti pijat plus-plus yang marak di Kota Bekasi.
“Ya
kalau untuk sehari-hari enggak cukup, dirit-irit alhamdulillah saya bersyukur
masi dapat menyekolahkan ketiga anak-anak saya dari pengahasilan berjualan
kerupuk,’’ katanya.
Banyak
suka duka yang dialami ke dua pasangan tuna netra, ini mulai dari para pembeli
yang kadang kala membayar kurang hingga menabrak-nabrak saat berjalan kerena
pada saat belum mengenal medan. Meskipun begitu, Agus dan Sarinah mengatakan
masih banyak orang yang baik kepadanya. Mereka tetap menjalankan hidup sebagai
pedagang kerupuk keliling.
“Ya
suka dukanya pernah dialami, terkadang ada aja yang bayarnya kurang, tapi
alhamdulillah, masih banyak orang yang baik suka kasih lebih diberikan ke saya
uang kembaliannya,’’ tandasnya.
Opini
Secara
etimologi kata tunanetra berasal dari tuna yang berarti rusak,netra berarti mata
atau penglihatan. Jadi secara umum tuna netra berarti rusak penglihatan.
Tunanetra berarti buta,tetapi buta belum tentu sama sekali gelap atau sama
sekali tidak dapat melihat. Ada anak buta yang sama sekali tidak ada
penglihatan,orang semacam ini biasanya disebut buta total. Disamping buta
total, masih ada juga orang yang mempunyai sisa penglihatan tetapi tidak dapat
dipergunakan untuk membaca dan menulis huruf biasa.
Mungkin
kemampuan yang paling terpengaruh oleh ketunanetraan untuk berhasil dalam
penyesuaian social individu tunanetra adalah kemampuan mobilitas yaitu
ketrampilan untuk bergerak secara leluasa di dalam lingkungannya. Ketrampilan
mobilitas ini sangat terkait dengan kemampuan orientasi, yaitu kemampuan untuk
memahami hubungan lokasi antara satu obyek dengan obyek lainnya di dalam
lingkungan seperti yang di alami oleh sepasang tuna netra bapak Agus dan ibu Sarinah
ini beliau perlu beberapa bulan untuk beradaptasi dengan medan jalan yang harus
dilaluinya untuk berjualan krupuk setiap hari
Pada
dasarnya mereka tidak inggin bahawa kondisinya sepeti ini namun takdir
berhendak lain ada beberapa factor penyebab terjadinya tuna netra diantaranya: Pre-natal
dan Post-natal. Pada siapa pun masyarakat untuk menangapi dan merangkul
seseorang penderita tuna netra seperti bapak Agus dan ibu Sarinah ini cobalah
untuk berprilaku kemanusian kepadanya
jangan malah memanfaatkannya, sekecil apapun bantuan anda untuk menolongnya itu
akan ada balasannya.
Betapa
banyak manusia diluar sana yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang
tanpa dia sadari jikalau dirinya itu masih sangaat kuat untuk bekerja yang
lebih layak dibandingkan dengan harus mengemis tapa keterbatasan apapun yang
menimpanya. Hal ini patut dicontoh bagi para penderita penyakit turunan seperti
ini karna keterbatasan bukan lah suatu kendala untuk mewujudkan niat dan mimpi
mu.
Sumber :http://beritabekasi.co/page/kanal/?id=4820&subid=58&kanal=sosok&alias=Kisah%20Sepasang%20Tuna%20Netra%20Menghidupi%20Keluarga&page=detil